Monday, August 14, 2006

Kebohongan Hamid Awaluddin

Luhur Hertanto - detikcom


Banda Aceh - Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin mengakui dirinya "berbohong" saat perundingan penyusunan draft MoU Helsinki. Korban kebohongannya adalah Perdana Menteri GAM Malik Mahmud.


"Saya berbohong untuk mengambil hati bapak. Ini pengakuan pertama saya buat bapak," kata Hamid sambil tersenyum lebar ke arah Malik Mahmud yang duduk di seberangnya.


Pengakuan jujur Hamid diungkapkan dalam pertemuan warga Aceh Tengah dengan para tokoh perundingan MoU Helsinki. Acara berlangsung di Gelangggang Olah Seni Takengon, Aceh Tengah, Minggu (13/8/2006) malam.


Kebohongan yang ia maksud terjadi pada salah satu sesi awal perundingan di Helsinki. Ketika itu Hamid kepada Malik Mahmud mengaku, peci yang ia kenakan merupakan titipan dari salah satu tokoh GAM, Sofyan Ibrahim Tiba.


Ia mendapatkan peci itu saat mengadakan kunjungan ke LP Aceh dimana Sofyan Tiba menjalani hukuman.


Sofyan yang mendengar Hamid akan menjadi Pimpinan Rombongan Pemerintah RI menitipkan peci sambil berkata, "Peci ini tolong tunjukkan kepada pemimpin kami di Eropa. Ini menunjukan kesungguhan dukungan saya pada proses perdamaian".


"Kalau perdamaian telah tercapai tolong peci ini dikembalikan," kata Sofyan seperti ditirukan Hamid.


Sesaat bertemu Malik Mahmud dia menyampaikan pesan itu sambil menambahkan dia menyesal tidak bisa mengembalikan peci itu karena Sofyan Ibrahim Tiba ikut tewas dilanda tsunami.


"Pertemuan saya dengan Tiba memang benar terjadi. Tapi beliau tidak pernah menitipkan pecinya kepada saya," katanya.


Hadirin yang mendengar pengakuan tertawa terbahak-bahak sementara Malik Mahmud dan tokoh GAM yang hadir seperti Muzakir Manaf dan Zaini Abdullah serta Presiden Crisis Management Inistiative Martti Ahtitisaari geleng-geleng kepala mendengarkannya.


Kata Hamid, Malik Mahmud sangat tersentuh dengan cerita bohongnya itu. Sejak itu secara pribadi ia dan Malik Mahmud menjadi lebih dekat. Malik Mahmud pun sering mengajak Hamid berjalan menyusuri sungai di Helsinki untuk menenangkan Hamid yang terkadang emosinya terpancing dalam perundingan.


"Anda kan masih muda biasanya emosi mudah terpancing. Tolong anak buah saya yang berbicara keras tadi dimaafkan. Orangnya memang begitu jalau bicara tapi hatinya baik," kata Hamid menirukan ucapan Malik.


Sejak saat itulah, kata, Hamid perundingan berjalan makin kondusif dan lancar. Perbedaan kedua belah pihak dapat dicarikan jalan tengahnya hingga kedua belah pihak sama-sama menang tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan.



"Sebuah contoh yang bisa ditiru .... cerdik sekali sang menteri kita ini"

No comments: