Thursday, August 10, 2006

Boikot McDonalds

Boikot McDonalds


Apakah boikot ini bakalan berhasil?


Oh tentu! Salah satu perusahaan tersulit diboikot adalah McDonalds. McDonalds baru saja mengumumkan penutupan operasinya di Timur-Tengah karena menurunnya penjualan secara drastic akibat langsung dari aksi boikot (Oktober 2002), dan hal ini menjadikan Greenberg dicopot dari jabatannya sebagai Pimpinan dan CEO (Desember 2002). Sejak diluncurkannya kampanye boikot produk-produk Israel, 2 dari 6 McDonalds di Yordania gulung tikar, penjualan mereka merosot tajam. Di Mesir, McDonalds memutuskan untuk mengubah brand namanya menjadi Manfoods, sebagai upaya untuk menghindari boikot. Hal itu tidak berpengaruh dan polisi Mesir diperintahkan berjaga-jaga di pintu masuk restoran McDonalds setelah terjadi insiden pelemparan batu oleh massa.Total 175 restoran McDonalds akan ditutup dengan kerugian mencapai $350 juta. Menghadapi tekanan boikot seperti yang dialami


perusahaan raksasa seperti McDonalds, perusahaan-perusaha an yang lebih kecil pendukung Israel merasa lelah dan semakin takut dijadikan sasaran boikot. Di tengah himbauan untuk memboikot Amazon.com, toko buku di internet Amazon.com menghentikan asosiasinya dengan Jerussalem Post (Nov 2002). Amazon.com menyatakan bahwa Jerussalem Post menyumbangkan sebagian keuntungan yang didapatnya dari kerjasamanya dnegan Amazon.com untuk para tentara Israel yang pulang ke rumah setelah melakukan pembantaian dan tindakan pelanggaran HAM di wilayah pendudukan. Iklan yang mereka buat, di seluruh halamannya tertulis "Beli Amazon.com & Dukung Israel". Iklan ini menuai banyak kritikan. Amazon.com lalu memutus hubungannya dengan Jerussalem Post, meminta mereka menarik iklan itu dari peredaran dan berjanji untuk tidak mengambil keuntungan lagi darinya.


McDonalds adalah "partner corporate utama" Jewish United Fund. Dengan kata lain, Jewis United Fund "terus memberikan bantuan kepada militer Amerika, ekonomi serta dukungan diplomatic kepada Israel; mengawasi dan jika diperlukan menanggapi pemberitaan seputar Israel". Pemimpin dan CEO McDonalds, Jack M. Greenberg juga merupakan direktur kehormatan Mejelis Perdagangan dan Industri Amerika-Israel.


Perusahaan-perusahaa n lain yang benci akan perlakuan Israel terhadap Palestina kini aktif melakukan boikot.



Pada Mei 2002 sebuah perusahaan ekspor suku cadang kendaraan milik AS menolak berbisnis dengan Israel. Dalam sebuah balasan terhadap pesanan pembelian dari Israel, John Harris, yang mewakili Texas Automotive Export menulis :"Kami harus menginformasikan pada anda bahwa untuk saat ini Texas Export tidak akan berbisnis dengan warga Negara Israel. Kami meminta anda untuk mengendalikan manuver militer Negara anda dan menghentikan penindasan terhadap orang-orang Palestina," tulis John Harris dalam surat itu. "Negara anda telah kehilangan kehormatan sebagai anggota dari dunia yang beradab," bunyi akhir surat itu.Kesuksesan gerakan boikot ini telah membuat pemerintah AS dan Israel khawatir. Keduanya takut perusahaan-perusaha an ini akan meninggalkan Israel. AS kemudian mengancam akan mendenda


perusahaan-perusaha an AS yang ambil bagian dalam gerakan boikot.



Departemen Perdagangan AS sudah mengeluarkan lebih dari $26 juta untuk membatalkan lisensi ekspor bagi perusahaan-perusaha an yang ketahuan mendukung gerakan boikot. Betapa "demokratis" dan "toleran" sekali pemerintah AS dalam menentukan siapa akan bernisnis dengan siapa!


---------------------------------


Mulai 10 Rajab, Masyarakat Saudi Mulai Gerakan Boikot Produk AS


Selasa, 1 Agu 06 15:33 WIB


Selain sikap resmi kerajaan Saudi Arabia yang mengkritik aksi Hizbullah di Libanon, kalangan masyarakat Saudi saat ini sedang intensif menyebarkan kampanye melalui sms dan internet untuk memberi dukungan kepada Palestina dan Libanon. Isi kampanye itu, intensifkan senjata berupa pemboikotan produk Amerika mulai tanggal 10 Rajab bertepatan dengan hari Jumat, 4 Agustus 2006.


Aksi ini tentu untuk menekan AS yang terang-terangan masih tetap mendukung kegilaan Zionis Israel. Di samping itu, isi kampanye itu juga menyebutkan ajakan agar kaum Muslimin banyak membaca surat Al-Fath dan berdo'a kepada Allah swt untuk menolong mujahidin di Palestina dan Libanon.


Di antara isi sms itu berbunyi, "Satu riyal yang Anda belanjakan untuk produk AS, adalah satu butir peluru yang ditembakkan ke jantung rakyat Libanon atau Palestina. Jika pemerintah tidak bersikap tegas, maka pemboikotanlah senjata kita... "


Sementara sms lain berbunyi, "Boikot produk AS sejak tanggal 10 Rajab (Jum'at pekan ini). Boikot, Berjihadlah dengan menyebarkan pesan ini..." Tentang pilihan tanggal 10 Rajab sebagai tanggal awal pemboikotan, menurut Khalid Sulaiman, seorang warga yang turut menyebarkan pesan sms tersebut mengatakan, tak ada alasan khusus dari pemilihan tanggal itu. "Sebab menentukan tanggal awal pemboikotan itu adalah upaya untuk memobilisir massa yang lebih luas pada tanggal tersebut. Kami ingin menjadikan hari itu sebagai moment aksi rakyat sebagai pengganti aksi puncak negara Arab yang gagal dalam menyusun kesepakatan yang satu dalam menyikapi masalah Libanon dan Palestina," katanya.


Menurut warga Saudi itu lagi, aksi pemboikotan ini akan dilakukan dengan simbol "Untuk Palestina dan Libanon, Boikot AS". Ia juga mengatakan, "Setiap kali terjadi peperangan terhadap rakyat Palestina dan Irak, suara pemboikotan ini muncul tapi kemudian pupus dimakan waktu."


Shalih Rabian, seorang dosen ilmu komunikasi di Fakultas Dakwah Universitas Malik Saud, mengatakan bahwa aksi pemboikotan ini adalah jawaban rakyat untuk mendukung perlawanan Islam Hizbullah dan Hamas yang kini tengah melawan Zionis Israel. Ini juga jawaban atas sikap dunia yang tidak bertindak apapun terhadap aksi pembantaian di Israel.



"Pemboikotan adalah senjata efektif yang bisa memaksa negara-negara itu untuk mengambil tindakan lebih tegas terhadap penderitaan yang terjadi di dunia Islam," ujarnya. Seruan-seruan seperti ini dilakukan secara berantai, juga untuk menghimpun dana dukungan untuk Libanon. Sampai saat ini, menurut Islamonline, telah terkumpul dana lebih dari 120 juta riyal.

No comments: