Wednesday, December 19, 2007






Ayat-ayat Cinta
Habiburrahman El Shirazy


Novel ini bercerita denga gaya ringan dan (menurut saya) tidak ada klimaks yang ingin disampaikan oleh sang penulis, karena dalam alur ceritanya yang mendatar mengisahkan kehidupan tokoh utamanya bahkan kekuatan karakter tokoh utama beserta tokoh pendukung lain terasa kurang kuat dengan tidak adanya deskripsi visual mengenai tokoh-tokohnya tersebut (menurut saya) menjadikan pembacanya harus meraba gambaran visual tokoh-tokoh tersebut.

Pembaca seperti saya tidak mengenal Fahri yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini karena deskripsi serta latar belakang sang tokoh utama ini kurang digali, begitu pula dengan tokoh-tokoh lainnya seperti Maria, Noura terutama Nurul dan Aisha padahal tokoh-tokoh tersebut di kelanjutan cerita memiliki karakter yang kuat untuk mendukung karakter tokoh utama.

Dari beberapa kekurangannya tersebut, saya melihat keindahan dari novel ini dari sisi-sisi keislaman yang kental yang diterpakan di alam modern, penggunaan ayat-ayat dari Al-Quran menjadikan nilai tambah untuk dapat diresapi oleh pembaca, sehingga dapat menjadi salah satu 'jalur dakwah', hal tersebut dapat dilihat dari beberapa komentar dari pembaca sebelumnya yang ada di halaman-halaman awal novel ini.

Untuk saya, pemetikan penggalan surat Arrahman menjadikan suatu pengingat tentang keagungan Alloh, Fabi ayyi alaai robbikuma tukadzziban

Untuk meresapi keindahan novel ini saya sarankan untuk terlebih dahulu sedikit banyak memahami Al-Quran dan Hadits sehingga tidak tersesat dalam memahami kesejukan dan kedamaian yang disampaikan. Disisi lain novel ini juga menyentil keadaan keislaman di Indonesia serta kritik untuk pemerintah Indonesia menjadi pemanis novel ini.

Fahri, tokoh utama dari novel ini adalah mahasiswa Indonesia, seorang hafidz yang sedang mempelajari Qiroatu Sabah (cara membaca Al Quran dengan berbagai macam dialek), selain itu Fahri pun sedang bercita-cita untuk menempuh S3 di Universitas Al-Azhar, tinggal bersama beberapa orang mahasiswa Indonesia dan bertetangga dengan keluarga Boutros Girgis, orang Mesir yang beragama kristen Koptik.

Fahri digambarkan sebagai seorang haus ilmu, sehingga sangat sibuk dala mengejar cita-citanya untuk dapat menyelesaikan S3 di Universitas Al-Azhar, memiliki target-target kemajuan yang harus dicapai yang dituangkan dalam ‘peta hidup’.

Maria, tetangga Fahri, seorang kristen koptik yang hafal surat Maryam merupakan anak dari keluarga Boutros Girgis dan tinggal dilantai atas dari flat yang menjadi tempat tinggal Fahri beserta beberapa mahasiswa Indonesia lainnya.

Fahri adalah orang yang menerapkan ajaran-ajaran islam di setiap sendi kehidupannya, hingga pada suatu ketika harus berhadapan dengan orang-orang Mesir yang keras kepala saat membela tiga orang turis dari Amerika, yang kemudian menjadi awal pertemuannya dengan Aisha.

Noura dikenal oleh Fahri saat terjadi insiden di flat tempat tinggal mereka, saat itu Noura yang menangis setelah dicambuk oleh ayahnya, Fahri kemudian meminta Maria untuk menolong Noura dan mengajaknya tinggal di tempat Maria.

Sedangkan Nurul adalah mahasiswi Indonesia yang juga sedang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Nurul juga yang kemudian menolong Noura dengan cara menampungnya tinggal selama beberapa hari, tentunya atas permintaan dari Fahri.

Dalam perjalanan cerita, Noura lah yang pertama kali menyatakan jatuh cinta pada Fahri melalui sepucuk surat yang disampaikan kepada Fahri, akan tetapi hal tersebut ditanggapi oleh Fahri sebagai bagian dari rasa tertekan Noura yang dicampakkan oleh keluarganya.

Fahri yang haus ilmu akhirnya diterima untuk melanjutkan S3 di Universitas Al-Azhar, sehingga memaksanya untuk menata kembali ‘peta hidup’ yang menjadi pedomannya. Saat menata ‘peta hidup’ nya itulah Fahri menyadari bahwa ada target yang harus dicapainya saat mulai melanjutkan studi S3 nya, yaitu menikah.

Akan tetapi sikap rendah diri Fahri menjadikannya kurang percaya diri untuk menentukan gadis pilihannya, dengan pertolongan Alloh tiba-tiba saja guru mengaji Qiroatu Sabah nya menawarkan gadis kepada Fahri. Bagaikan mendapat durian runtuh, Fahri menganggap bahwa tawaran dari seorang Syekh adalah tawaran yang mulia sehingga ia tak mau menolaknya.

Keindahan cinta dalam islam dimulai dari sini, dimana Fahri tak pernah mengenal atau melihat wanita yang akan jadi istrinya itu, bahkan saat Syekh menyerahkan album foto untuk dilihat oleh Fahri, ia tidak membukanya. Akhirnya membawa Fahri dalam suatu momen dimana perasaan bercampur aduk saat dipertemukan dengan calon istrinya, yang baru ia ketahui bahwa wanita tersebut adalah Aisha.

Masa taaruf yang singkat digunakan oleh Fahri untuk menceritakan tentang dirinya, tentang keadaan saat ini yang ia alami, tentang kondisi ekonomi yang ia jalani sehingga dalam opini pembaca Fahri adalah seorang yang rendah diri, karena Fahri hanya dapat sedikit sekali mengorek latar belakang Aisha.

Saat akan dilaksanakannya pernikahan, Fahri baru mengetahui bahwasanya Nurul juga mencintainya, hal itu diketahui dari paman Nurul yang memintanya untuk berbicara secara pribadi.

Kehidupan yang serba sederhana, tiba-tiba saja berubah setelah Fahri menikahi Aisha karena ternyata Aisha memiliki saham di 3 perusahaan yang berkembang cukup baik, Aisha pun dengan tulus hati ridho untuk taat kepada Fahri yang menjadi suaminya.

Tanpa diduga, Fahri kemudian harus merasakan getirnya penjara bawah tanah dengan bumbu-bumbu siksanya setelah ia dituduh memperkosa dan menghamili Noura dimana dalam budaya Mesir, hal-hal yang terkait dengan tindakan tersebut menjadi isu yang sensitif dan pihak pemerintah Indonesia yang diwakili oleh kedutaan disana tidak dapat berbuat banyak untuk menolong warga negaranya sendiri.

Manisnya keimanan kembali disentuh saat Fahri secara terpaksa harus menikahi Maria yang sedang koma karena ‘penyakit cinta’, Fahri yang bersikukuh tak mau berpoligami luluh dengan bujukan Aisha yang memintanya berpoligami dengan tujuan keselamatan 4 jiwa.

Puncaknya dari cerita adalah saat Maria memberikan kesaksian atas persidangan Fahri, yang membeberkan semua fitnah Noura kepada Fahri dan diakhiri dengan pernyataan pengakuan Noura. Persidangan yang membawa emosi menyebabkan Maria kembali harus dirawat di rumah sakit, hingga akhirnya sebelum ajal menjemput Maria sempat tersadar sesaat kemudian menceritakan apa yang dialaminya kepada Fahri dan Aisha lalu ditutup dengan kata-kata “Asyhadu an laa ilaaha Illalloh wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh!” yang keluar dari mulut Maria.

No comments: