Monday, July 09, 2007

Taj Mahal Kisah Cinta Abadi



Nemuin buku ini saat jalan-jalan ke Gramedia di Gajah Mada.
Dan ... pas kebetulan tanggal 7 Juli 2007 kemaren adalah ulang tahun pernikahan yang ke 5, jadi sekalian beli aja buat sang istri tercinta .... supaya dibilang romantis gitu ...

Di bagian awal, terdapat kalimat yang bisa dijadikan bualan oleh laki-laki "Lelaki mana yang dapat berfikir jernih tanpa ada wanita disampingnya"  walaupun kalimat tersebut (dalam buku ini) dilontarkan oleh seorang wanita. Hal lain yang cukup menarik adalah saat Mumtaz Mahal melahirkan anaknya yang ternyata sungsang dan hal itu pula yang kemudian merenggut nyawanya, sang Shah yang langsung turun tangan membantu menarik bayi yang masih merah untuk keluar dari rahim sang Ibu, akan tetapi tertahan oleh tali pusarnya yang melilit ke leher.

Semakin jauh membaca, buku ini banyak mengungkapkan konflik dalam istana, dimana Dara sang pewaris tahta kerajaan memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan sang adik, Aurangzeb.
Sedangkan sang Sultan yang terlalu bersedih setelah kematian istrinya lebih mementingkan perasaan cintanya kepada sang istri, yang kemudian memerintahkan seorang arsitek yaitu Ustadz Isa untuk membangun sebuah bangunan untuk mengenang sang istri tercinta yang kemudian dikenal dengan nama Taj Mahal.

Konflik banyak terjadi dalam lingkungan istana yang bernuansa Islam, akan tetapi sebagai seorang yang juga menganut ajaran-ajaran islam, saya merasa bahwa alur yang terjadi dalam keseharian keluarga istana ini cukup menodai ajaran-ajaran islam.

Pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Aurangzeb kepada musuh-musuhnya bahkan kakak, adik serta sepupunya yang masih belia mencerminkan sang panglima perang ini sangat kejam, lalu kutipan ayat-ayat Al-quran pun dirasakan agak janggal, selain itu perselingkuhan antara Jahanara dengan Isa dapat leluasa terjadi karena  Isa dengan leluasa terjadi karena izin dari sang Ayah atas peranannya sebagai Sultan, beberapa hal tersebut menurut saya benar-benar menodai nilai-nilai islam dan membuat sebuah pertanyaan baru,  "Apakah cerita ini hanya fiksi belaka ataukan memang kejadian yang sebenarnya?" dan apabila ini hanya fiksi, maka ada apa dengan sang penulis??

Alur cerita ini diakhiri dengan kehidupan sang tokoh utama yang damai beserta orang-orang yang dicintainya, akan tetapi dengan epilog tersebut, menurut saya membuat alur cerita menjadi kurang kuat dan terasa hambar karena tidak adanya klimaks yang tercipta.

Buku ini lebih banyak menceritakan tentang masa pembangunan Taj Mahal yang cukup lama dalam masa-masa kritis sebuah kerajaan, karena dilain pihak, ada peperangan yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan memperluas wilayah serta menumpas pemberontakan.

No comments: